Sosok Raden Djimat Hendro Soewarno tidak bisa dilepaskan dengan sebuah Perguruan Pencak Silat Besar di Indonesia, Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda.
Beliau lahir pada hari Sabtu Legi tahun 1924 di Ponorogo (Jawa Timur).
Raden Djimat Hendro Soewarno merupakan putra dari pasangan Raden Poernomo dengan Raden Ayu Katmiyati.
Dikemudian hari, Beliau menjadi sosok besar yang dikenal sebagai Perintis, Pendiri, bahkan bisa dikatakan Pencipta Ilmu Setia Hati Tunas Muda yang berkedudukan di Desa Winongo Madiun.
Raden Djimat Hendro Soewarno merupakan keturunan dari Prabu Brawijaya Majapahit VI silsilah dari R. Haryo Adi Pati Jayanigrat (Pengging) dan R. Batara Katong.
Latar belakang yang mentereng sebagai keturunan ningrat, tidak lantas membuat beliau hidup santai di zona nyaman. Beliau tetap menjalani kehidupan sehari-hari seperti masyarakat umum lainnya.
Beliau bekerja sebagaimana mestinya, belajar mengaji, berangkat sekolah, dan sedikit menjadi pembeda adalah ketekunannya mempelajari berbagai aliran pencak silat sejak dari usia remaja.
Dibawah arahan langsung Eyang Roesdim (paman dari ayahadanya), Soewarno mengenal dan belajar secara tekun berbagai aliran pencak silat yang kita kenal dari 9 Pendekar plus Persaudaraan Setia Hati yang didirikan Eyang Suro.
Dari sinilah kelak lahir aliran baru Setia Hati yang diramu dan dirangkai dari keilmuan lain menjadi sumber ajaran Setia Hati Tunas Muda.
Raden Soewarno memulai belajar pencak silat dari tahun 1938 sampai dengan tahun 1944 diantaranya Pendekar Rantai Bergelung, Pendekar Pencak Anak Sumatra Sekilat (PASS), Pendekar Cimande, Pendekar Kuntho, Pendekar Pecut Jakarta, Pendekar Shianghai, Pendekar Bugis Asli, Pendekar Pondok Pesantren, dan Pendekar Singapura yaitu Prof. Mr. Dr. KH. Akhmad Dahlan Safari.
Kemudian pada tahun 1959 beliau diterima di Persaudaraan Setia Hati (Eyang Suro) dan di Kecer Pengesuh pada masa itu Bapak Hadi Subroto, hingga menuntaskan pelajaran predikat Este Trap.
Dari sinilah pelajaran yang beliau dapat dari 10 Perguruan tersebut, menjadi rangkaian materi ajaran pada Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda yang diberikan secara berjenjang dari mulai AA1 sampai dengan AA3 hingga murid yang menyeselesaikan pelajaran tersebut diberikan predikat Wisuda.
H. Raden Djimat Hendro Soewarno mendalami berbagai aliran pencak silat, itu menjadikan kisah mirip dengan sang idola Eyang Suro yang merangkai berbagai pelajaran pencak silat dari pengembaraannya di Nusantara menjadi Ilmu Setia Hati. Begitulah adanya, beliau bisa dikatakan menciptakan Ilmu Setia Hati Tunas Muda yang dirangkai dari 10 perguruan aliran pencak silat.
Namun Ilmu Setia Hati yang beliau dapat menjadi ajaran pokok, begitu pula rebranding SH yang tetap menempatkan Eyang Suro sebagai simbol tunggal pada SH Tunas Muda.
Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda mulai dirintis sejak tahun 1965. Disaat keadaan negara sedang dirundung berbagai masalah sosial, politik dan keamanan yang mencekam. Ada tragedi pemberontakan PKI berpusat di Madiun hingga puncaknya 1966 lengsernya Soekarno sebagai Presiden.
Saat itu Indonesia sedang tidak baik-baik saja. masyarakat terombang-ambing dengan isu liar dan rasa takut, serta rongrongan ideologi yang menentang Pancasila.
Datanglah seorang utusan dari Kementerian Pertahanan dan Keamanan (Menhankam) menghadap beliau mendiskusikan tentang keamanan negara dan memberikan mandat kepada H.R.D. Hendro Soewarno sebagai Putra Bangsa Pejuang Veteran Perang agar berpartisipasi membekali pemuda - pemudi Madiun untuk membentengi diri dari pengaruh negatif virus komunisme dan gangguan keamanan lainnya.
Mendapatkan mandat langsung dari pemerintah melalui Menhankam, sebagai anak bangsa yang peduli pada negara dengan kemampuan beliau sebagai Tokoh Masyarakat yang memiliki keahlian beladiri dan keagamaan yang kuat sebagai seorang muslim, menjadikannya bekal dan modal membina pemuda - pemudi pada jalan yang baik untuk menjaga dan mempertahankan keutuhan bangsa.
Panggilan jiwa sebagai tokoh perintis kemerdekaan dan keberaniannya inilai beliau memulai pergerakan mendirikan Setia Hati Tunas Muda. Hingga hari ini tersebar luas diberbagai Nusantara dan ada beberapa di wilayah Asia dan Eropa.
Konsepsi dasar pemikiran beliau bisa kita lihat dari kerangka Enam Perkara Pokok Perikehidupan Seorang SH, diantaranya; Persatuan, Persamaan, Persaudaraan, Kemerdekaan, Tolong Menolong dan Musyawarah.
Sebagai upaya character building generasi anak bangsa dalam rangka menjaga keutuhan bangsa dan negara, sebagaimana yang diharapkan negara melalui Mandat yang diberikan Menhankam.
Pada perjalanannya eksistensi perguruan yang beliau rintis diterima khalayak masyarakat luas dari berbagai kelas dan latar belakang yang pada umumnya pemuda pemudi seputaran Karesidenan Madiun.
Hingga hari ini keberadaan perguruan ini tersebar diberbagai daerah yang dikembangkan anak-anak asuhnya disetiap tempat perantauan yang dituju.
Sebagai paguyuban yang bergerak dibidang pembinaan beladiri tradisional pencak silat, seiring perkembangannya pada tahun 1975 Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda didaftarkan keanggotaannya pada Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) sebagai induk dan wadah silaturahminya berbagai perguruan persilatan di Indonesia.
Lalu pada tahun 1985 untuk memperkuat keberadaannya pada catatan lembar negara, dan mendapatkan badan hukum sebagai legalitas yang diakui hukum negara, didaftarkan pada pejabat notaris terbitlah Akta Pendirian Yayasan Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda berkedudukan di Desa Winongo-Madiun.
Dari sini dapat kita lihat ada perubahan bentuk dari Paguyuban menjadi Yayasan.
Dengan begitu lengkaplah sudah keberadaan PSHTM kuat secara hukum diakui oleh negara dan mendapatkan pengakuan dari IPSI Organisasi yang menaungi berbagai pencak silat di Indonesia.
H. Raden Djimat Hendro Soewarno sosok Sang Pendekar yang kharismatik itu meninggalkan kita semua selama-lamanya pada 18 september 2008 di tanah suci yang dihadiri ribuan pelayat jamaah haji, sebelum dimakamkan di Mekkah jenazah disholatkan di Masjidil Haram.
Pesan tersiratnya adalah Beliau mengajarkan kepada kita untuk tidak mengkultuskan tokoh. Dan jika kita hendak berziarah maka kita harus datang ke Tanah Suci.
Kagem Beliau, Lahummul Alfatihah.....